Cari Blog Ini

Senin, 22 November 2010

Ratu dipuja-puja

 Sebuah puisi, karya : Aqsha Al Akbar

Dini, Ratu para Dewa.

Puja-puja mengalahkan selir-selir Raja.

Bidadari istana, kemerdekaan dari pejuang kuda.

Simbol kekuatan, cinta.

Hingga api unggun, membakar kayu setiap mereka yang mati.

Dini, dikelilingi cahaya mereka.

Arwah-arwah kemenangan menyambut sang Ratu.

Tak ada Elizabeth, yang ada hanya Dini.

Yang dikawal oleh tangan yang berhak.

Sang Ratu meninggikan kembali tahta.

Menghancurkan bahtera pasukan tirani.

Kembali mengukuhkan perjanjian.

Bahwa kita hidup dalam belaian kasih sayang.

Melihat masa untuk mati

 Sebuah puisi, karya : Aqsha Al Akbar
Hari ini dan besok adalah kebangkitan yang tak pernah bangkit.
Sedikit berharap pada langit tak tertuju.
Kecemasan dan kegundahan, milik jiwa sendiri.
Mencari keindahan dalam kegelapan.

Apalah aku kini?
Hilang raga dan jiwa.
Mencari kematian ditengah kegundahan, tak terjamah.
Siapa aku kini?

Ayah,
Emak,
Adikku tersayang,
Dini,
Serpihan harapan telah hilang.
Hilang juga kata-kata.
Puisi juga lemah tak bernyawa.

Ingin sedikit melihat tentang masa itu,
setelah itu, biarkan aku mati.
Biarkan aku jelajah sendiri duniaku, mencari jiwaku yang hilang.
Lepaskan lah aku.
Sesungguhnya aku mencintai kalian dan satu jiwa yang akan aku cari.

**KATA-KATA

 AQSHA AL AKBAR

-IMPIAN-

Tak akan aku sesali, kisah yang harus aku lewati.
Tidak kah aku adalah bingkisan hati yang suci?
Yang terus berlari untuk menemukan arti mimpi.
Sesunggunya harapan itu pasti, meski sulit didaki.

*****

-CINTA-

Hadirnya nadi itu, membingkai mahligai jiwa.
Menghiasi anugerah yang hakiki.
Ketika kudekap, peluk lah rasa yang tersisa.
seketika itu aku mengerti, kau memberi cinta suci.

*****

-MANUSIA-

Adalah ketakjuban sebuah pikiran.
Yang selalu bersanding nurani.
Adalah kemandirian sebagai ukiran kehidupan.
Yang sempurna karena sebuah ketulusan jiwa yang sesungguhnya berarti.
Adalah dirku yang mungkin akan jadi kenangan dalam bisunya batu nisan.
Kepastian bahwa hidup tak pernah tuli mendengar suara hati.
Sesungguhnya kita adalah manusia sempurna yang tak sadar akan kesempurnaan.

-Sebuah Puisi-

Ini bukan waktuku untuk menjemputmu.
Kegelisahan dibalik tirai kesedihan, menangisi kerapuhan asa.
Saat yang harus kulepas, kepergian tiada kata.
Keanggunanmu, kini lambaian perpisahan bagiku.
Dan hari-hari dimana aku akan menjadi abu.
Berdebu tanpa sedikitpun sentuhanmu.

Kita bukanlah benih-benih cinta.
Kau tidak untukku. Meski nafasku ingin merengkuhmu.
Aku akan segera hilang, dari setitik cahaya yang kian redup.
Kau tidak akan mencariku, aku tahu itu.
Dan, hapuslah rasa ini, yang membuatku terdampar pada laut tak berdasar.